Wuku Manahil, Menail - Batara Citragotra

Wuku Manahil mengambil nama anak Prabu Watugunung dan Dewi Sinta nomor duapuluh satu. Raden Manahil ini memiliki saudara kembar yang berjulukan Raden Prangbakat. Orang yang bernaung pada wuku Manahil ini secara umum akan memiliki watak yang digambarkan sebagai berikut.
Kelebihan : tekun, rajin, cerdas dan suka berdamai
Kekurangannya : Sombong, merasa besar sehingga meremehkan orang lain. Dan penuh kecurigaan
Hari baik : Minggu Legi
Hari naas: tidak jelas
Datangnya peristiwa terkena senjata tajam.
Gambar air di tempayan menggambarkan bahwa wuku Manahil bahagia suasana yang damai, tenang dan menentramkan. Untuk mewujudkan suasana yang menyejukkan tersebut orang yang bernaung dalam Wuku Manahil ini selalu menjaga bicaranya dan tingkah lakunya. Wuku Manahil gampang terjerumus alasannya kebaikannya, terutama kepada temannya yang sedang mengalami kesusahan.
Hal peristiwa sanggup dihindarkan dengan menciptakan slametan. Tujuannya semoga selamat, yaitu dengan menanak nasi ‘lemes’ (lemas atau lunak) sebanyak sepitrah (3,5 kg) dengan cara di ‘dang’, lauknya daging ayam jantan serta sayuran berbagai dan sambal gepeng disertai doa keselamatan. Selain itu, sehabis slametan, selama 7 hari yang bersangkutan dihentikan pergi ke arah Timur Laut, alasannya daerah bersemayam peristiwa yang digambarkan sebagai Batara Kala ada di Timur Laut.
0 Response to "Wuku Manahil, Menail - Batara Citragotra"
Posting Komentar