Mencegah Dan Mengatasi Reaksi Post Vaksinasi


Mencegah Reaksi Post Vaksinasi
Ternak Pertama. Mengatasi Reaksi Post Vaksinasi Pada Ayam - Pernahkan anda mem-vaksin ayam anda? Jika pernah, anda tentu terkadang menjumpai sesudah vaksin ayam memperlihatkan tanda-tanda lesu atau bahkan “nyekress”. Meskipun hal tersebut sering terjadi dan bahkan berulang-ulang terkadang peternak tetap saja ragu dan bertanya-tanya apakah ini reaksi post (setelah) vaksin atau memang ayam mulai terkena tanda-tanda sakit. Berikut ulasanya yang dirangkum dari buletin warta medion.

Vaksinasi merupakan upaya menstimulasi pembentukan titer antibodi yang protektif (mampu melindungi ayam dari serangan penyakit). Caranya dengan “memasukkan” sejumlah mikroorganisme, baik virus atau bakteri yang telah dilemahkan atau dimatikan (yang lebih kita kenal sebagai vaksin) dengan takaran yang terukur.

Aplikasi vaksinasi ini dibedakan menurut sediaan vaksin. Vaksin inaktif yang biasanya berbentuk suspensi atau emulsi diberikan dengan cara suntikan subkutan (leher) maupun intramuskuler (dada, paha). Sedangkan untuk vaksin aktif, yang berisi mikroorganisme hidup yang dilemahkan, biasanya diberikan melalui air minum, cekok, tetes mata, tetes hidung, spray dan juga suntikan. Jika diaplikasikan secara sempurna vaksin akan bisa menstimulasi pembentukan titer antibodi secara protektif (melindungi) dalam waktu 2-3 ahad pada vaksin aktif atau 3-4 ahad pada vaksin inaktif.

Vaksinasi subcutan pada doc 1-4 hari

Adakalanya ditemukan tanda-tanda ngorok sesudah pinjaman vaksin pernapasan, menyerupai ND atau IB. Hal ini tentu akan menjadikan pertanyaan dalam diri kita, apakah vaksinasi yang diberikan mengakibatkan outbreak? Atau mungkin terjadi abses sekunder oleh Mycoplasma gallisepticum? Ataukah malah tanda-tanda itu merupakan tanda-tanda normal?


Wajar, Reaksi Vaksinasi Muncul

Setelah “diinfeksikan” ke dalam badan ayam, vaksin akan eksklusif bekerja menggertak sistem kekebalan badan ayam untuk memproduksi titer antibodi. Mekanismenya pun berbeda antara vaksin aktif dan inaktif. Saat vaksin aktif berada dalam tubuh, virus vaksin akan bermultiplikasi (memperbanyak diri) terlebih dahulu sebelum menuju ke organ limfoid. Nah, pada dikala proses multiplikasi inilah biasanya akan muncul reaksi post vaksinasi.

Gejala yang muncul sangat tergantung dari jenis vaksin yang diberikan. Jika vaksin yang diberikan mengandung mikroorganisme yang mempunyai sasaran organ pernapasan, maka reaksi post vaksinasi yang muncul berupa gangguan pernapasan ringan, menyerupai ngorok atau mata berair. Namun bila sasaran bukan kanal pernapasan, contohnya bursa Fabricius, layaknya vaksin Gumboro, maka sewajarnya reaksi post vaksinasi yang muncul tidak berupa ngorok.

Lain halnya pada vaksin inaktif, mikroorganisme vaksin akan eksklusif menuju ke organ limfoid untuk menstimulasi pembentukan titer antibodi. Akibatnya tidak akan ditemukan reaksi post vaksinasi. Atau dengan kata lain, reaksi post vaksinasi secara normal hanya ditemukan sesudah pinjaman vaksin aktif. Meskipun demikian pada vaksin inaktif, ayam biasanya akan mengalami stres akhir suntikan bila aplikasi dan handling ayam tidak dilakukan dengan tepat.

Baca Juga :


Reaksi post vaksinasi yang muncul juga bisa menjadi penanda bahwa badan merespon keberadaan vaksin melalui pembentukan titer antibodi. Malah bila tidak ditemukan reaksi post vaksinasi, bisa mengindikasikan, vaksin tidak bekerja atau respon badan untuk membentuk kekebalan tidak optimal. Kondisi ini bisa disebabkan beberapa faktor diantaranya takaran vaksin kurang, vaksin rusak akhir terkena sinar matahari atau suhu penyimpanan yang tidak sesuai atau titer antibodi dikala pelaksanaan vaksinasi masih tinggi sehingga vaksin ternetralisasi.


Reaksi Post Vaksinasi atau Bukan?

Apabila kita perhatikan, tanda-tanda ngorok atau leleran hidung yang muncul sesudah vaksinasi menyerupai dengan tanda-tanda serangan CRD maupun penyakit pernapasan lainnya? Lalu bagaimana kita membedakannya?

Gejala post vaksinasi secara normal akan muncul dan terdeteksi pada 2-3 hari sesudah vaksinasi. Dan pada 5-7 hari post vaksinasi, tanda-tanda tersebut akan hilang dengan sendirinya. Kedua hal inilah yang membedakan dengan tanda-tanda penyakit.

Antisipasi Agar Reaksi Tidak Berlebihan

Memang reaksi post vaksinasi merupakan tanda-tanda yang masuk akal ditemukan sesudah vaksinasi. Namun, tanda-tanda ini bisa menjadi bumerang bila pelaksanaan vaksinasi dilakukan pada ayam yang kurang sehat, strain mikroorganisme vaksin yang ganas, takaran berlebih, adanya faktor stres maupun kondisi sangkar yang kurang nyaman (kadar amonia tinggi). Kondisi ini akan mengakibatkan reaksi post vaksinasi terjadi secara berlebihan. Bahkan bisa menurunkan nafsu makan, menghambat pertumbuhan maupun meningkatkan mortalitas. Langkah antisipasi perlu kita lakukan untuk mencegah reaksi post vaksinasi yang berlebihan, diantaranya :

·         Pastikan ayam sehat

Menjadi syarat dilakukannya vaksinasi adalah ayam dalam kondisi sehat. Tujuannya semoga badan ayam, dalam hal ini organ limfoid, bisa merespon keberadaan vaksin melalui pembentukan titer antibodi yang protektif. Saat vaksin diberikan pada ayam yang sakit atau sedang terjadi outbreak bisa jadi akan memperparah kondisi ayam dan tentu saja titer antibodi yang terbentuk tidak protektif. Selain itu besar kemungkinan akan muncul reaksi post vaksinasi yang berlebihan.

·         Dosis vaksin sempurna dan setiap ayam mendapat takaran yang sama

Selayaknya vaksin diberikan dengan takaran sesuai hukum pakai yang tertera pada etiket atau leaflet. Terutama untuk vaksin dengan tingkat reaksi yang tinggi menyerupai ILT. Hal ini untuk meminimalkan reaksi post vaksinasi yang berlebih.

Selain itu, setiap ayam hendaknya bisa memperoleh takaran yang sama. Kondisi ini akan lebih gampang tercapai apabila vaksinasi dilakukan melalui tetes mata, hidung, verbal dan suntikan. Pada pinjaman vaksin melalui air minum perlu sekiranya kita memperlihatkan perhatian lebih pada jumlah daerah minum dan distribusinya maupun kuantitas dan kualitas air yang dipakai melarutkan vaksin.

Saat tiap ayam memperoleh takaran vaksin aktif yang tidak sama, maka akan memicu munculnya rolling reaction, yaitu reaksi post vaksinasi meningkat dan berlangsung lebih lama. Hal ini terjadi lantaran secara normal akan terjadi shedding virus vaksin ke lingkungan. Akibatnya ayam yang memperoleh takaran vaksin rendah seolah-olah tervaksinasi ulang sehingga reaksi post vaksinasi meningkat dan berlangsung lebih lama. Hal lain yang juga perlu diperhatikan untuk mencegah rolling reaction ialah melaksanakan vaksinasi seluruh ayam pada satu flok atau satu sangkar secara serentak/bersamaan dalam satu hari.

Aplikasi yang kurang sempurna juga akan meningkatkan reaksi post vaksinasi. Contohnya dikala aplikasi vaksin melalui spray, maka ukuran partikel cairan vaksin yang terlalu kecil sanggup memicu terjadinya reaksi post vaksinasi yang berlebih, terutama pada ayam yang berumur kurang dari 4 minggu.

·         Kondisi lingkungan yang nyaman

Hal ini terutama terkait dengan sirkulasi udara yang baik dan kadar amonia yang rendah. Seringkali kedua hal inilah yang menjadi pemicu reaksi post vaksinasi menjadi lebih parah dan kadang berakhir dengan terjadinya abses penyakit pernapasan. Oleh lantaran itu, kondisi sangkar harus kita optimalkan, baik dari kepadatan kandang, sistem ventilasi maupun aktivitas pencucian feses ayam.

·         Konsentrasi bibit penyakit dikurangi, terutama Mycoplasma gallisepticum

Keberadaan bibit penyakit, terutama M. gallisepticum sanggup memicu reaksi post vaksinasi menjadi lebih parah bahkan mengalami kegagalan, terutama vaksin pernapasan. Infeksi M. gallisepticum ini pun akan memicu abses penyakit lainnya, menyerupai Eschericia coli. Akibatnya reaksi post vaksinasi akan menjadi semakin parah dan titer antibodi tidak akan terbentuk optimal.

·         Faktor immunosuppressive minimal

Stres, mikotoksin, Gumboro dan Mareks merupakan beberapa faktor immunosuppressive yang sanggup menghambat pembentukan titer antibodi dan mengakibatkan reaksi post vaksinasi yan berlebihan. Oleh lantaran itu penting sekiranya untuk meminimalkan atau menghilangkan faktor immunosuppressant dikala vaksinasi.

·         Support dengan vitamin, bila perlu antibiotik

Pemberian multivitamin maupun vitamin dan elektrolit akan meningkatkan stamina badan ayam dan bisa menekan stres akhir vaksinasi. Harapannya, badan bisa merespon pembentukan antibodi secara optimal, sehingga terbentuk titer yang protektif, yang bisa melindungi ayam dari abses penyakit.

vitamin atau antibiotik sanggup diberikan lewat air minum

Jika diperlukan, antibiotik dengan kandungan enrofloksasin, antibiotik golongan florokinolon ataupun doksisiklin, juga sanggup diberikan, terutama bila 3-4 hari sebelum vaksinasi muncul tanda-tanda serangan penapasan atau abses bakterial lainnya. Harapannya dengan pinjaman antibiotik ini konsentrasi bibit penyakit dalam badan ayam menurun sehingga vaksin bisa menstimulasi pembentukan titer antibodi secara optimal. Pemberian antibiotik inipun bisa dilakukan bila pada 5-7 hari post vaksinasi tanda-tanda gangguan pernapasan tidak kunjung hilang.

Reaksi post vaksinasi menjadi sebuah kewajaran, yang menggambarkan bahwa badan ayam sedang merespon vaksin dengan membentuk antibodi. Hanya saja perlu sekiranya kita mengantisipasi terjadinya reaksi post vaksinasi yang berlebihan sehingga titer antibodi sanggup terbentuk secara optimal (protektif). Sukses untuk kita semua.

0 Response to "Mencegah Dan Mengatasi Reaksi Post Vaksinasi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel