Peternakan Sapi Tanpa Rumput. Mungkinkah?


Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan kebutuhan akan pangan juga mengalami peningkatan. Kebutuhan pangan yang diperlukan ialah materi pangan yang mempunyai kandungan gizi tinggi. Dengan terpenuhinya gizi masyarakat maka akan menghasilkan insan yang berkualitas. Artinya pertambahan jumlah penduduk juga secara otomatis akan menjadikan seruan akan materi masakan yang mempunyai nilai gizi tinggi juga akan semakin meningkat dan salah satu sumber gizi sanggup diperoleh dari produk peternakan termasuk kebutuhan daging.

Berdasarkan kajian oleh Lembaga Studi Pembangunan Peternakan Indonesia (LSPPI), sektor peternakan nasional gres bisa menopang 61% kebutuhan daging dalam negeri. Hasil analisis tenyata jumlah ternak sapi dan kerbau yag dipotong pada tahun 2011 diprediksi hanya 1,861juta ekor. Berdasarkan analisis sederhana pada tahun 2011, produksi dalam negeri gres baru bisa memasok  61,88% kebutuhan daging. Sisanya, pasokan daging dibantu oleh impor sapi bakalan 18,75 %  dan impor daging 19,37 %,”.

Kondisi tersebut menandakan perjuangan peternakan sapi potong masih sangat potensial untuk dikembangkan. Salah satu perjuangan peternakan yang selama ini menjadi primadona ialah penggemukan sapi potong. Usaha penggemukan mempunyai laba ganda, yaitu laba diperoleh dari perjuangan penggemukan itu sendiri dan laba dari kotoran yang dihasilkan. Namun, potensi tersebut bukan tanpa kendala. Kendala utama dalam perjuangan penggemukan sapi ptotong ialah problem ketersediaan pakan. Selama ini, peternak masih tergantung dari rumput alam sebagai pakan sedangkan keberadaan rumput alam (rumput yang tersedia di alam tanpa ditanam) sangat tergantung pada musim, dimana pada demam isu penghujan jumlahnya relatif banyak namun sebaliknya pada demam isu kemarau sangat susah untuk didapatkan. Hal tersebut belum termasuk semakin berkurangnya tanah kosong (pengangonan) yang beralih fungsi menjadi perumahan. Salah satu solusinya ialah dengan menerapkan konsep peternakan sapi tanpa rumput. Peternakan sapi tanpa rumput mempunyai keunggulan antara lain:

A.   Lebih Efisien dalam Penggunaan Lahan
Untuk membudidayakan rumput unggul (rumput gajah, raja dll.) membutuhkan lahan yang cukup luas. Sebagai ilistrasi, untuk memelihara satu ekor sapi saja paling tidak membutuhkan lahan 500 m2 khusus untuk kebun rumput belum ditambah biaya untuk membeli konsentrat jadi yang kisaran harganya Rp.2.000-3.000 per kg. Kebutuhan konsentrat per hari per ekor sapi berkisar 4-6 kg. Padahal biar perjuangan penggemukan layak dikembangkan, jumlah sapi minimal yang harus digemukkan ialah 6 ekor. Berarti lahan yang harus disediakan khusus untuk kebun hijauan ialah 3.000 m2  dan biaya konsentrat Rp8.000-Rp18.000 per hari tergantung jenis, bobot dan sasaran pertambahan bobot tubuh sapi.  

Bagi peternak pemula dengan modal yang tidak terlalu besar rasanya hal tersebut sangat memberatkan. Kondisi tersebut merupakan salah satu alasannya ialah mengapa selama ini peternak di pedesaan umumnya tingkat kepemilikan ternaknya 1-3 ekor saja.  Kondisi ini bisa dipecahkan dengan jalan “rekayasa” terhadap pakan, yaitu degan penggemukan sapi potong tanpa rumput. Maksudnya ialah bukan sama sekali “menjauhkan” sapi dari rumput, namun rumput bukan lagi sebagai pakan utama yang harus ada tetapi penggunaan rumput  sebagai pakan sangat minimal sesui dengan ketersediaanya. Dengan demikian, penggunaan lahan khusus untuk menanam rumput bisa ditiadakan. Artinya penggunaan lahan lebih efisien lantaran lahan hanya diperlukan untuk sangkar dan pendukungnya saja. Pakan yang dipakai dalam penggemukan sapi potong ialah materi pakan yang berasal dari limbah pertanian, perkebunan dan limbah agroindustri. Sistem ini tentunya harus sesuai dengan ketersediaan materi pakan yang ada di kawasan setempat.


B.   Menjamin Ketersediaan dan Kontinyuitas Bahan Pakan

Peternakan sapi yang memanfaatkan potensi pakan lokal (sesuai kawasan setempat) tentunya akan lebih menjamin ketersediaan dan kontinyuitas materi pakan lantaran tidak sepenuhnya tergantung demam isu asalkan materi pakan tersebut dikelola dengan cara-cara yang benar. Karena ketersediaan materi pakan sudah tidak lagi tergantung demam isu tetapi dengan “memanfaatkan” demam isu untuk mendapat limbah pertanian sesuai demam isu tanamnya.

Pada demam isu hujan dimana terjadi demam isu tanam padi maka peternak sanggup memanfaatkan jerami padi sebagai materi pakan utama bahkan jikalau berlebih bisa disimpan sebagai cadangan pada demam isu kemarau. Di demam isu kemarau, dimana petani beralih menanam jagung atau kacang-kacangan maka peternak bisa memanfaatkan jerami jagung dan kacang-kacangan sebagai pakan pada perjuangan penggemukan sapinya. Namun meskipun demikian, jikalau memang modal ada dan lahan memang tersedia pembuatan lahan hijauan akan lebih baik lantaran akan lebih menjamin ketersediaan dan kontinyuitas pakan.

Disamping limbah pertanian, untuk mencukupi kebutuhan nutrisi sapi sanggup dimanfaatkan limbah agroindustri (limbah pengolahan hasil pertanian) menyerupai molases, onggok, bungkil kelapa, bungkil kedelai, dedak padi, kulit kopi, kulit kakao dan lain sebagainya sebagai materi pembuat konsentrat. Kaprikornus peternak bisa menyusun sendiri konsentrat sapi sesuai dengan materi yang ada di kawasan setempat dan tidak harus membeli konsentrat jadi.

C.   Dapat Meningkatkan Keuntungan

Penggemikan sapi tanpa rumput akan lebih berjalan dengan baik jikalau menerapkan teladan Integrated Farming SistemIntegratet Farming Sistem sanggup diartikan penggabungan atau pembaruan dua kepingan atau aktivitas dibidang pertanian dan perkebunan dengan peternakan menjadi satu kesatuan utuh yang saling terkait dan bisa saling menguntungkan. Sistem ini dilaksanakan dengan menyinergikan perjuangan peternakan dengan tanaman pangan dan perkebunan. Selain mendapat laba yang berlipat-lipat teladan Integratet Farming Sistem merupakan solusi terbaik untuk mengatasi problem limbah peternakan. Ini merupakan sistem yang sangat efisien dan mempunyai banyak nilai tambah.

Konsep budidaya peternakan yang terintegrasi ialah mengubah limbah pertanian dan perkebunan menjadi pakan ternak yang cukup potensial serta mengubah limbah peternakan menjadi sumber daya hara bagi tanaman guna mencapai keadaan zero waste dan peternakan ramah lingkungan. Tujuanan final dari sistem integrasi ialah sanggup mengurangi biaya produksi sehingga sanggup meningkatkan keuntungan.

Dalam perjuangan peternakan sapi potong, kotoran sapi sanggup diolah menjadi kompos, pupuk cair, bio gas, dan lain sebagainya. Kotoran sapi sanggup dipakai untuk pemupukan perjuangan pertanian serta menjadi sumber energi bagi insan berupa produk gas. Untuk itu, peternakan harus dikelola secara bersiklus dan tertata sehingga menghasilkan keterpaduan dengan unit yang lain. Pola peternakan terpadu merupakan konsep pertanian yang berorientasi masa depan, berwawasan lingkungan, bernilai sosial, efisien, dan mempunyai produktifitas tinggi serta menghasilkan nilai ekonomi. Dengan demikian, bukan hanya peternak sapi saja yang menikmati, tetapi masyarakat petani yang selama ini berkutat pada sistem budidaya konvensional sanggup diberdayakan sehingga alih teknologi demi efisiensi, efektifitas dan produksi yang optimal sanggup tercapai.

Sebenarnya sebagian peternak telah menerapkan teladan integrasi tanaman pertanian dengan ternak sapi. Namun, lantaran masih menerapkan teknologi tradisional maka produktivitas dan efisiensi yang diperoleh belum optimal. Dengan sentuhan teknologi maju akan sanggup meningkatkan pendapatan peternak secara aktual baik dari tanaman pangan dan perkebunan maupun dari ternak sapi.

Berdasarkan kondisi di atas, sanggup ditarik kesimpulan bahwa penggemukan sapi potong tanpa rumput sanggup memperlihatkan laba antara lain:
1.    Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan materi pakan seta irit berupa penurunan biaya pakan ternak
2.    Meningkatkan produktivitas ternak (penambahan bobot tubuh yang optimal) lantaran terpenuhinya asupan nutrisi bagi ternak dari pengolahan materi pakan dengan memakai penemuan teknologi sehingga meningkatkan kualitas pakan
3.    Meningkatkan pendapatan peternak sebagai jawaban meningkatnya efisiensi dan produktivitas perjuangan penggemukan.
4.    Terbentuknya peluang sumber pendapatan dan lapangan kerja baru, menyerupai pengolahan limbah pertanian dan perkebunan serta limbah ternak
5.    Tersedianya pakan ternak secara kontinyu baik kualitas maupun kuantitasnya.


Cek Harga Sapi Hari Ini :

0 Response to "Peternakan Sapi Tanpa Rumput. Mungkinkah?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel